Destinasi Wisata di Jayawijaya, Tidak Lengkap Kalau Tak ke Sana
Destinasi Wisata di Jayawijaya – Hai Sobat TnT, buat kalian yang memiliki hobi hiking atau mendaki gunung pasti mengerti dengan istilah Seven Summit. Apakah atau mengetahui bahwa salah satu gunung yang menjadi lokasi Seven Summit ada di Indonesia,? pasti saja terdapat. Gunung itu merupakan Pegunungan Jayawijaya. Pegunungan Jayawijaya itu sendiri merupakan susunan pegunungan yang terbujur di Provinsi Papua, Inonesia. Pegunungan Jayawijaya merupakan susunan pegunungan yang paling tinggi di Indonesia, dengan pucuk paling tinggi nya merupakan Pucuk Berhasil dengan ketinggian 4. 884 mdpl( M Dibawah Dataran Laut).
Dengan ketinggian yang mencapai 4.ooo lebih sudah pasti udara semakin menipis dan sudah pasti sangat dingin, maka dari itu diatas Puncak Jaya di lapisi oleh salju abadi yang tebal. Akan tetapi, ketebalan dari salju abadi itu semakin lama semakin menipis akibat ulah manusia yaitu Global Warming yang mengganggu udara yang ada di pucuk berhasil itu sendiri. Dikenal susunan pegunungan sebab pucuk Gunung Jayawijaya memiliki beberapa puncak yang tentu saja lebih kecil dari puncak sukses, berikutnya ini ialah puncak gunung yang ada di Gunung Jayawijaya.
berikut adalah destinasi wisata menarik yang bisa kamu kunjungi di Jayawijaya.
1. Danau Habema
mountgayrumroundbarbadosrace – Tempat wisata yang akan kita bahas ini terletak di Provinsi Papua. Letaknya di kawasan Taman Nasional Lorenz.
Taman Nasional Lorenz patut berbangga, karena bukan hanya taman nasional terluas di Asia Tenggara, tetapi juga taman nasional terlengkap di kawasan Asia-Pasifik, terutama dari segi keanekaragaman hayati.
Tidak hanya berhenti sampai di sini saja, ternyata Taman Nasional Lorenz memiliki tempat wisata yang sangat indah bernama Danau Haberma.
Lokasi Danau Haberma berada di dalam kawasan Taman Nasional Lorenz. Alamat Danau Haberma berada di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.
Sekitar 48 kilometer dari kota Wamena, tidak mudah untuk sampai ke Danau Habema. Jalanan yang terjal dan kontur medan yang berbukit membuat siapapun yang ingin mencapai telaga membutuhkan kendaraan roda empat.
Mungkin jika jalanannya datar, berkendara bisa mencapai 48 kilometer dalam waktu yang relatif singkat (sekitar 1,5 hingga 2 jam). Namun karena kondisi alam yang ekstrim, perjalanan menuju Haberma bisa memakan waktu hingga 3 jam.
Begitu waktu yang dihabiskan tidak akan terasa, karena pengunjung bisa menikmati setiap pemandangan yang dilewati selama perjalanan.
Deretan pohon tinggi di lereng bukit dan udara sejuk akan memanjakan mata di sepanjang perjalanan. Selain itu, jika kita berangkat pagi-pagi sekali dan berkesempatan menikmati sunrise di antara pegunungan yang tertata indah. Pemandangan langka, tak terlupakan.
Danau Haberma tidak memiliki jam buka resmi. Sebab, wisatawan bisa datang menikmati keindahan tempat ini 24 jam sehari selama hampir sepanjang minggu.
Pengunjung yang mengapresiasi keindahan Danau Haberma tidak dipungut biaya. Gratis. Jadi cukup siapkan dana transportasi dan pedomannya.
Di lokasi utama Danau Haberma belum ada fasilitas yang dibangun untuk wisatawan. Namun, justru karena itulah wisatawan dapat sepenuhnya menikmati ketenangan alam pegunungan sambil jauh dari hiruk pikuk kota.
Danau Haberma merupakan salah satu danau tertinggi di Indonesia, dengan luas 224,35 kilometer persegi dan keliling sekitar 9,79 kilometer.
Oleh karena itu, dengan predikat ini, Danau Haberma biasanya dianggap sebagai danau di atas awan. Selain itu, Danau Haberma merupakan danau yang sangat sakral bagi suku Dani dan salah satu sumber utama kesuburan bagi tanah Papua (khususnya daerah sekitar danau).
Daya tarik Danau Haberma selanjutnya adalah pemandangan yang disajikan di lokasi utama danau. Panorama alam berupa telaga yang eksotis, dengan latar belakang puncak Trikora.
Puncak Trikora merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Nama lain Gunung Trikora adalah Gunung atau Puncak Wilhelmina.
Danau Haberma, terletak di lereng Pegunungan Tricola. Oleh karena itu, wisatawan yang tiba di lokasi utama akan menyaksikan indahnya kerjasama danau dengan latar belakang pegunungan yang sangat unik.
Kawasan Danau Haberma atau Taman Nasional Lorentz merupakan kawasan wisata alam yang dikelilingi budaya suku setempat.
Daerah ini juga dikenal sebagai House of 7 Tribes. Ini mengacu pada suku-suku lokal yang tinggal di daerah tersebut. Sedikitnya 7 suku lokal tinggal di kawasan Taman Nasional Lorenz.
Budaya etnis lokal tercatat sebagai salah satu budaya tertua di Indonesia. Diperkirakan budaya atau adat istiadat setempat sudah ada sejak 30.000 tahun yang lalu.
Seperti yang sudah sering saya bahas di artikel lain, penamaan tempat wisata di Indonesia mungkin melibatkan beberapa hal.
Misalnya: nama tempat, legenda, misteri, keindahan dan nilai sejarah. Nah, nama Telaga Kawara mengacu pada sejarah yang sudah ada di telaga tersebut.
Tepatnya di jaman penjajahan Belanda, terdapat seorang perwira Belanda yang berpangkat letnan. Namanya Letnan Habema.
Letnan Habema, adalah salah – satu pengawal tim ekspedisi yang akan berangkat ke Puncak Trikora, atau Puncak Wilhelmina, pada tahun 1909.
2. Goa Kontilola
Lembah Baliem di Wamena, Papua merupakan salah satu destinasi wisata dengan banyak pemandangan panorama yang indah. Tak hanya itu, Festival Lembah Wanita Bali tahunan sangat ramai menarik wisatawan.
Meski begitu, ternyata Wamena juga punya destinasi misterius. Destinasi ini bahkan menjadi salah satu pusat teori konspirasi tentang alien.
Nama tujuannya adalah Gua Kontilola. Gua tersebut terletak di kawasan perbukitan yang terjal tidak jauh dari tempat tinggal suku Danni.
Berbeda dengan gua lainnya, Gua Kandyola terkenal dengan lukisan purbakala.
Namun, penduduk setempat bahkan tidak mempercayai lukisan biasa, tetapi menganggap bahwa lukisan tersebut adalah bukti adanya alien pernah tinggal di sana.
Bukan tanpa alasan, ini karena lukisan di Gua Kontilola memang aneh.
Merangkum berbagai informasi, lukisan di Gua Kontilola menggambarkan sosok manusia.
Anehnya, orang ini hanya memiliki satu kepala botak dan hanya empat jari. Hal inilah yang membuat penduduk setempat percaya bahwa alien pernah tinggal di Gua Kontilola dan mengecat karakternya di dinding.
Belum lagi lukisannya di dinding, tinggi dan jauh dari tanah. Inilah yang membuat orang lebih percaya pada teori alien.
Selain dihuni alien, Gua Kontilola kini menjadi kerajaan kelelawar. Semakin dalam pengunjung masuk ke dalam gua ini, semakin banyak kelelawar yang akan berkumpul.
Sejauh ini, kebenaran tentang teori alien di gua Contiola belum terkonfirmasi. Namun tak dapat dipungkiri bahwa lukisan kuno di gua ini masih menjadi misteri dan sukses menarik minat banyak wisatawan.
Baca Juga : 8 Hotel di Thailand yang Terjangkau dan Nyaman
3. Kampung Wisata Suroba
Kampung Wisata (Kampung Wisata) akan menjadi salah satu incaran wisatawan bagi wisatawan yang berencana berkunjung ke Jayawijaya pada saat Festival Budaya Lembah Baliem.
Kampung Wisata merupakan salah satu dari sekian tempat wisata yang dapat dinikmati pengunjung pada festival budaya tahunan yang diadakan pada bulan Agustus setiap tahunnya. “Kami memiliki tiga desa wisata, yaitu Desa Obia, Desa Wisata Soroba dan Desa Wisata Yali Mabel,” jelas SS Naftali Rumbiak, Kepala Dinas Tujuan dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jayawijaya, Rabu (03/07) / 2019).
Menurutnya, di tiga desa wisata ini pengunjung akan bisa menikmati perasaan tinggal di Suku Honai ala Dani yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Naftali mengatakan: “Oleh karena itu, mereka atau masyarakat telah menyiapkan gubuk-gubuk tradisional agar mereka bisa tinggal di gubuk-gubuk dan tenda-tenda yang ada di pekarangan.”
Harga setiap paket yang disediakan untuk cottage ini adalah US $ 200 hingga US $ 250.000 per orang per malam. Dengan harga tersebut, wisatawan sudah mendapatkan fasilitas tidur, makanan tradisional dan jaminan keamanan. Cocok untuk orang yang suka wisata alam. Dia berkata: “Jadi kabinnya sangat biasa, tapi ada kasur dan listrik di dalamnya.”
Festival Budaya Lembah Baliem merupakan festival tertua di Papua yang diselenggarakan oleh Pemerintah Jayawijaya dari tanggal 7 hingga 9 Agustus.
4. Lembah Baliem
Lembah Baliem merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Pegunungan Jayawijaya Papua. Turis dalam negeri serta mancanegara tiba ke Ngarai Balimu buat menikmati panorama alam alam, hiking, pementasan adat, dan lain- lain.
Suku Dani tinggal di Bahrain. Hari Suroto, Peneliti Pusat Arkeologi Papua, mengatakan warga Lembah Baliheim terbuka untuk wisatawan domestik dan mancanegara.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada 7 November 2020 (Sabtu), disebutkan: “Sebaiknya wisatawan memperhatikan beberapa hal yang diizinkan dan dilarang agar semua orang merasa nyaman.”
Wisatawan yang ingin ke Lembah Balimum harus melapor ke aparat setempat, seperti ke Polres Jayawi Jaya. Dalam perjalanan menuju Lembah Balim disarankan untuk ditemani oleh agen perjalanan wisata.
Harus menghormati adat istiadat suku Dani
Jika warga sekitar membutuhkannya, wisatawan disarankan membawa rokok atau permen. Kado rokok atau manisan merupakan bentuk persatuan dan saling menghormati antara tamu dan tuan rumah. Harry berkata: “Saya tidak bermaksud mengumpulkan atau mengemis.” Jika Anda tidak memiliki rokok, berikan permen sebagai alternatif. Penduduk setempat yang mendapatkan manisan juga akan dengan senang hati menerimanya.
Jika melihat aktivitas Suku Dani di Lembah Baliem, mohon jangan tertawa atau tidak hormat. Misalkan beberapa penduduk mengenakan pakaian tradisional atau melakukan aktivitas yang tidak dipahami wisatawan.
Dilarang membawa tumbuhan, buah-buahan atau hewan tanpa izin dari warga. Jangan membakar sampah di bungkus makanan.
Harapkan cuaca ekstrem
Kondisi cuaca di Lembah Baliem tergolong ekstrim karena sering berubah. Lembah Baliem terletak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh pegunungan. Pada malam hari, suhu di sana mencapai 10 hingga 15 derajat Celcius. Disarankan agar pengunjung membawa jas tebal, payung atau jas hujan.
Identitas diri
Kemana pun Anda pergi, harap selalu membawa identitas Anda dalam bentuk KTP atau paspor turis asing.
Pejalan kaki
Bagi wisatawan yang suka mendaki dilarang memasuki pemukiman atau pekarangan rumah dengan rambu larangan atau silo. Saat mendaki, jangan membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Foto Adab
Wisatawan yang ingin berfoto atau berfoto dengan warga sekitar yang mengenakan pakaian adat harus mendapat izin terlebih dahulu. Setuju untuk mengambil tindakan apa pun terkait penembakan tersebut.
Pasalnya, baik di tempat wisata maupun di tempat-tempat tertentu, warga yang mengenakan pakaian adat akan menuntut ganti rugi berupa uang, semacam harga diri yang tinggi.
Peringatan hewan peliharaan
Jangan bingung dengan hewan di Lembah Baliem. Masyarakat lokal biasanya memelihara babi atau anjing karena hewan tersebut memiliki budaya dan nilai. Jika hewan peliharaan ditabrak oleh kendaraan, pengunjung dapat dikenakan denda atau kompensasi yang tinggi.
Waspadalah terhadap orang mabuk
Hindari saat bertemu seseorang yang sedang mabuk.
Baca Juga : 7 Tempat wisata di papua yang wajib dikunjungi
5. Mumi Baliem
Pada zaman prasejarah, Suku Dani dari Lembah Balibam di Papua memiliki dua tradisi penguburan, yaitu membakar atau mengawetkan jenazah berupa mumi.
Semua anggota suku Dani biasanya dikremasi.
“Ini berlaku untuk orang yang meninggal karena usia tua, sakit atau terbunuh. Sementara itu, penanganan jenazah melalui mumifikasi hanya tersedia bagi orang tertentu yang membutuhkan persyaratan tertentu tertentu,” kata peneliti Arkeologi Hari Suroto Papua. Pusat di 2019 25 Desember.
Lembah Baliem terletak 1.650 meter di atas permukaan laut. Lembah ini terkenal di luar negeri dengan Festival Budaya Lembah Wanita Bali yang diadakan setiap bulan Agustus. Di zaman Belanda, lembah ini disebut Grote Vallei atau Lembah Besar.
Orang yang memenuhi kriteria mumi adalah tokoh adat yang berpengaruh pada masyarakat atau panglima perang. Namun, tidak semua orang memenuhi kriteria untuk menjadi mumi setelah kematian, dan masih banyak persyaratan berat lainnya yang tidak dipersiapkan sebelumnya.
Misalnya seperti mempersiapkan seseorang yang bisa menanganinya agar mumi akan selalu ada. Dalam proses penyiapan dan penanganan mumifikasi terdapat beberapa tahapan yaitu pengangkatan anggota suku yang bertanggung jawab atas proses mumifikasi, penyiapan kayu bakar, dan penyiapan mumifikasi sebagai tempat mumifikasi.
“Proses pengerjaan mumi di Lembah Baliem adalah, sehabis figur yang pantas diberi hidmat besar tewas bumi, jenazahnya juga disiapkan jadi mumi. Tetapi tadinya, bangkai diasap dengan kusen bakar,” tutur Hari.
Sebelum pengasapan dilakukan, Hari menjelaskan, biasanya dipersiapkan babi yang baru lahir sebagai tanda waktu. Durasi pengasapan berjalan merupakan semenjak babi lahir hingga babi itu memiliki gading yang jauh.
Setelah berakhir pengasapan, dicoba upacara- upacara buat membasuh para aparat, pembebasan mumi dengan memotong babi yang dipakai selaku ciri durasi, mengalungkan akhir babi yang dipotong itu ke leher mumi.“ Sehabis seluruh cara pengerjaan mumi berakhir, hingga diakhiri dengan acara bakar batu,” tutur arkeolog itu.
Bersumber pada informasi di Biro Kultur serta Pariwisata Kabupaten Jayawijaya terdapat 4 mumi yang sudah dikonservasi, yakni mumi Araboda, Aikima, Pumo, Yiwika. Keempat mumi ini sudah dikonservasi pada Oktober sampai November 2017, dengan menghabiskan perhitungan Rp 900 juta. Atmosfer keempat mumi dikala ini terpelihara bagus dalam kotak penyimpan.
6. Pasir Putih Desa Aikima
Lembah Baliem terletak 1.650 meter di atas permukaan laut. Lembah ini terkenal di luar negeri dengan Festival Budaya Lembah Wanita Bali yang diadakan setiap bulan Agustus. Di zaman Belanda, lembah ini disebut Grote Vallei atau Lembah Besar.
Orang yang memenuhi kriteria mumi adalah tokoh adat yang berpengaruh pada masyarakat atau panglima perang. Namun, tidak semua orang memenuhi kriteria untuk menjadi mumi setelah kematian, dan masih banyak persyaratan berat lainnya yang tidak dipersiapkan sebelumnya.
Misalnya seperti mempersiapkan seseorang yang bisa menanganinya agar mumi akan selalu ada. Dalam proses penyiapan dan penanganan mumifikasi terdapat beberapa tahapan yaitu pengangkatan anggota suku yang bertanggung jawab atas proses mumifikasi, penyiapan kayu bakar, dan penyiapan mumifikasi sebagai tempat mumifikasi.
Sebenarnya keberadaan pasir putih di Dataran Tinggi Wamena sudah ada sejak lama, namun pasir putih tersebut tidak berupa dataran, melainkan sebuah danau besar bernama Wio yang kini disebut Lembah Baliem. Mengutip dari laman khusus Person, Indonesia, gempa bumi besar terjadi pada tahun 1813 yang menyebabkan lempeng bumi bergeser dan mengalami perubahan geologis. Setelah kejadian tersebut, air Danau Vio mulai mengering hingga surut, dan kini sebuah lembah yang dipenuhi pasir putih terbentuk di dasar Danau Vio. Air Danau Vio tidak hanya menghilang, tetapi berubah menjadi sungai yang sekarang disebut Sungai Balim. Sejak saat itu hingga saat ini, pantai pasir putih yang terbentuk di Lembah Balimum dan Sungai Balimum semakin mengubah kehidupan masyarakat setempat, Suku Dani.
Fakta lain Lembah Baliem yang terbentuk dari danau kering adalah mudah ditemukannya sisa-sisa bebatuan dan rumah kerang yang berserakan di pasir putih. Inilah yang disebut keajaiban Wamena, Pura ajaib Wamena adalah fenomena alam di Lembah Sungai Baisha Bali. Selain keindahan pantai berpasir putih yang tersebar di perbukitan hijau, keindahan lain yang terdapat di Dataran Tinggi Wamena adalah ditemukannya bunga-bunga indah yang sulit ditemukan dan tumbuh di tempat lain. Di antara bunga-bunga tersebut adalah tanduk dan bunga matahari.
Lembah Baliem terletak tidak jauh dari pusat kota Wamena, jika menggunakan mobil akan memakan waktu sekitar 15-20 menit. Setelah sampai di lokasi, masyarakat sekitar yang mengelola pasir putih Lembah Baliheim memungut biaya sukarela dari wisatawan. Pantai berpasir putih di Lembah Baliem merupakan salah satu potensi wisata Wamena yang jika dikelola secara formal oleh pemerintah dan dipromosikan secara maksimal akan menarik wisatawan ke kawasan timur Indonesia. Oleh karena itu, perlu kerjasama antara pemerintah daerah dan masyarakat sekitar untuk serius mengembangkan potensi wisata Baisha di Lembah Balham dan beberapa titik Baisha lainnya.